Kemah Budaya VII : Juara 1 Lomba Karya Tulis Ilmiah (Putra)
Lemahnya Kesadaran Akan Budaya Ngayah
Oleh : Made Vendra Sahisma Dewa
Ngayah merupakan suatu kegiatan bekerja sama atau melakukan suatu pekerjaan dengan tulus ikhlas dalam istilah Bali.Jadi budaya ngayah ini banyak jenisnya ,baik itu bekerja dengan tujuan yang berkaita dengan agama atau yang berkaitan dengan di kehidupan sehari hari.Contoh yang menyangkut dalam kegiatan keagamaan seperti saling bekerja sama membuat banten,membuat penjor,melaksanakan suatu tarian saat piodalan,kegiatan membersihkan areal pura,dan yang lain lain,untuk di kegiatan sehari hari yaitu seperti membuat layangan,membuat fasilitas umum,dan masih banyak contoh lainnya.
Jadi lemahnya kesadaraan akan budaya ngayah ini sendiri ada pada yang berkaitan dengan unsur keagamaan khususnya di kalangan remaja di Bali,seperti kita ketahui,seiring perkembangan jaman,dan teknologi yang semakin maju dan membuat segala sesuatu ini dibuat se efisien & se praktis mungkin,dan akibatnya para remaja Bali ini meninggalkan yang namanya budaya ngayah dan berpikir tentang segala sesuatu ini mudah dan bisa di selesaikan sendiri dan sepertinya lebih cepat jika dilakukan sendiri.
Dengan adanya pola pikir yang seperti ini,membuat budaya ngayah ini semakin lama akan semakin menghilang,seperti contoh dalam pembuatan ogoh-ogoh,dalam era modern seperti ini banyak sekali ide-ide baru yang muncul,seperti membuat ogoh-ogoh menggunakan sterofoam/gabus,para remaja saat ini pun lebih memilih untuk menggunakan bahan tersebut karena lebih praktis dan mudah dikerjakan tanpa memrlukan orang banyak,yang semestinya pembuatan ogoh-ogoh ini menggunakan bahan-bahan alam dan proses pengulatan sedemikian rupa dan mungkin mempekerjakan lebih banyak orang dan membuat para remaja ini akan bekerja ngayah dan sesuai dengan adat budaya yang seharusnya ada pada pembuatan ogoh-ogoh tersebut,yang lebih parah lagi adalah ketika para remaja yang hanya mengumpulkan uang dan pada akhirnya membeli dari salah satu penjual / pengerajin ogoh-ogoh.
Ada pun contoh lain yaitu semakin banyaknya penggunaan speaker atau pengeras suara pada acara-acara keagamaan , di bandingkan dengan menggunakan sekaa gong untuk gamelan itu sendiri.Jadi ini merupakan suatu penyimpangan juga pada suatu adat budaya ,yang seharusnya memakai gong atau gamelan asli yang diamainkan oleh para sekaa gong pada saat ini digantikan oleh sesuatu yang di sebut speaker atau pengeras suara.Banyak juga kurangnya kesadaran para masyarakat dalam menjaga kebersihan pura atau areal pura,mulai dari sampah upakara yang dibiarkan setelah melakukan persembahyangan,banyak pedagang yang berjualan di bagian utama pura,dan itu sungguh membuat pura menjadi kotor dan kegiatan persembahyangan menjadi terganggu.
Seperti hal nya di pura dalem solo,Desa sedang, yang merupakan salah satu cagar budaya.Dan menurut saya untuk kebersihan nya masih sangat kurang ,bisa dilihat dari bagian utama mandala yang di tumbuhi rumput-rumput liar dan bambu-bambu bekas upacara yang masih berserakan, juga di areal sekitar pura yang terdapat pengairan sawah dengan sampah sampah plastik berserakan yang membuat daerah sekitar pura akan banjir ketika hujan turun,dan air pun akan naik dan menggenangi arel pura,dan sangat tidak baik untuk keasrian pura.
Jadi lemahnya kesadaraan akan budaya ngayah ini sendiri ada pada yang berkaitan dengan unsur keagamaan khususnya di kalangan remaja di Bali,seperti kita ketahui,seiring perkembangan jaman,dan teknologi yang semakin maju dan membuat segala sesuatu ini dibuat se efisien & se praktis mungkin,dan akibatnya para remaja Bali ini meninggalkan yang namanya budaya ngayah dan berpikir tentang segala sesuatu ini mudah dan bisa di selesaikan sendiri dan sepertinya lebih cepat jika dilakukan sendiri.
Dengan adanya pola pikir yang seperti ini,membuat budaya ngayah ini semakin lama akan semakin menghilang,seperti contoh dalam pembuatan ogoh-ogoh,dalam era modern seperti ini banyak sekali ide-ide baru yang muncul,seperti membuat ogoh-ogoh menggunakan sterofoam/gabus,para remaja saat ini pun lebih memilih untuk menggunakan bahan tersebut karena lebih praktis dan mudah dikerjakan tanpa memrlukan orang banyak,yang semestinya pembuatan ogoh-ogoh ini menggunakan bahan-bahan alam dan proses pengulatan sedemikian rupa dan mungkin mempekerjakan lebih banyak orang dan membuat para remaja ini akan bekerja ngayah dan sesuai dengan adat budaya yang seharusnya ada pada pembuatan ogoh-ogoh tersebut,yang lebih parah lagi adalah ketika para remaja yang hanya mengumpulkan uang dan pada akhirnya membeli dari salah satu penjual / pengerajin ogoh-ogoh.
Ada pun contoh lain yaitu semakin banyaknya penggunaan speaker atau pengeras suara pada acara-acara keagamaan , di bandingkan dengan menggunakan sekaa gong untuk gamelan itu sendiri.Jadi ini merupakan suatu penyimpangan juga pada suatu adat budaya ,yang seharusnya memakai gong atau gamelan asli yang diamainkan oleh para sekaa gong pada saat ini digantikan oleh sesuatu yang di sebut speaker atau pengeras suara.Banyak juga kurangnya kesadaran para masyarakat dalam menjaga kebersihan pura atau areal pura,mulai dari sampah upakara yang dibiarkan setelah melakukan persembahyangan,banyak pedagang yang berjualan di bagian utama pura,dan itu sungguh membuat pura menjadi kotor dan kegiatan persembahyangan menjadi terganggu.
Seperti hal nya di pura dalem solo,Desa sedang, yang merupakan salah satu cagar budaya.Dan menurut saya untuk kebersihan nya masih sangat kurang ,bisa dilihat dari bagian utama mandala yang di tumbuhi rumput-rumput liar dan bambu-bambu bekas upacara yang masih berserakan, juga di areal sekitar pura yang terdapat pengairan sawah dengan sampah sampah plastik berserakan yang membuat daerah sekitar pura akan banjir ketika hujan turun,dan air pun akan naik dan menggenangi arel pura,dan sangat tidak baik untuk keasrian pura.
Kita sebagai generasi muda mesti sadar akan hal ini dan mulai dari diri sendiri ,kita sendiri memiliki budaya yang namanya ngayah,untuk apa budaya ini ada jika tidak kita lakukan atau laksakan ,mulai lah dari hal kecil yang akan berdampak besar nanti pada kehidupan selanjutnya ,kita tinggal di daerah yang dimana mempunyai banyak sekali seni,adat,dan budaya jangan sampai kita lalai dan lupa akan hal kecil yang berdampak merugikan pada budaya kita sendiri
Jadi solusinya adalah , untuk menjaga kelestarian dan keasrian suatu budaya,mulai lah dengan ngayah , mulai dari lingkup yang kecil seperti di banjar atau sejenisnya dengan mengikuti sekaa gong yang akan mengurangi penggunaan speaker dalam kegiatan keagamaan,mari saling membantu untuk membuat upakara,mengulat bersama membagi tugas sehingga pengerjaan ogoh-ogoh selesai dengan tidak menghilangkan unsur budaya di dalam nya,mulai sadar akan penting nya kebersihan pura , bersama sama bekerja dengan tulus dan ngayah akan tetap pada ciri khas nya, tentu akan semakin mempererat tali persaudaraan karma bali.
Maka dari itu budaya ngayah ini haruslah tetap di lakukan, karena sebagai penunjang adanya interaksi antar individu dan mempererat kembali tali persaudaraan ,mengingat akan pentingnya bekerja sama dengan di landasi hati yang tulus.Dengan demikian kehidupan juga akan lebih baik dan seni budaya bali juga akan tetap terjaga walau berada pada era yang sedemikian canggih dan apapun serba praktis.Mari mulailah dari diri sendiri,kesadaran diri sendiri,tentang pentingnya hal kecil yang membuat apapun akan berguna nantinya,dengan budaya ngayah kita wujudkan hal tersebut,sebagai kelangsungan adat dan budaya bali di masa yang akan datang.
Komentar
Posting Komentar