OPINI REMAJA : LENSA LIRIGI GANTER

 

LENSA LIRIGI GANTER

Oleh :

Ni Putu Vania Leonyta Putri Arimbawa1Ni Putu Gita Indah Cahyani2

1,2 Kader Pelestari Budaya Kabupaten Badung Angkatan VIII


 

Kabupaten Badung adalah kabupaten yang kaya akan potensi industri pariwisata. Daerah “Gumi Keris” ini menawarkan pesona pariwisata dalam balutan tradisi dan budaya. Berbeda halnya dengan Kabupaten Tabanan yang menjadi kabupaten penghasil padi sehingga dijuluki sebagai “lumbung beras” Bali. Kebudayaan yang terdapat di setiap kabupaten yang berada di pulau dewata ini memberikan daya tarik lewat pesona taksu Bali. Jati diri pulau Bali dikenal melalui tradisi, budaya, dan sejarah yang berkembang di Bali dan kepercayaan bertoleransi yang tinggi.

Namun seiring dengan perkembangan jaman, permasalahan yang sering sekali terjadi pada era globalisasi adalah pengetahuan dan pemahaman mengenai tradisi, budaya, dan sejarah yang ada, hal ini dipengaruhi oleh euphoria global dan praktis khususnya teknologi yang semakin canggih, sehingga minat masyarakat untuk memahami tradisi, budaya, dan sejarah semakin menurun.

Mengulas mengenai daerah budaya yang ada di Bali, pada perbatasan Kabupaten Badung dengan Kabupaten Tabanan teradapat sebuah pura yang memiliki arsitektur yang unik yaitu Pura Lebah Taman Ganter yang terletak di Desa Abiantuwung, Kabupaten Tabanan. Pura ini memiliki nilai sejarah yang sangat menarik untuk dibahas. Berdirinya pura ini sebagai wujud keinginan I Gusti Agung Putu atau Raja Mengwi untuk membangun sebuah taman seusai sang raja berperang dan menginginkan kedamaian untuk beristirahat, I Gusti Agung Putu juga memanfaatkan tempat ini untuk mencuci senjata-senjata pusaka puri,  sehingga pura ini disebut Pura Lebah Taman Ganter. Ganter mempunyai arti “yang sungguh menakjubkan” atau “mempesona”. Menurut pemangku pura dan BPCB (Badan Pelestari Cagar Budaya), bahwa Pura Lebah Taman Ganter merupakaan Objek Dugaan Cagar Budaya (ODCB). Hal ini dibuktikan dari pernyataan pemangku Pura Lebah Taman Ganter bahwa sebagian besar arsitektur pura ini belum pernah direnovasi, dengan kata lain pura ini masih sama keadaanya seperti pertama kali dibangun pada abad ke-16. Namun, pura ini belum dapat dijadikan cagar budaya karena harus melalui proses yang panjang dan mendapatkan persetujuan dari pihak yang berwenang.

          Sejarah mengenai keunikan pura ini dan nilai-nilai historis yang dimilikinya sangatlah menarik untuk di ketahui dan di pelajari, namun minat masyarakat untuk mengetahuinya sangatlah minim, padahal sejarah tempat dimana kita berpijak akan menentukan jati diri kita. Maka dari itu, untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai Pura ini, kami mengajukan sebuah program yang bernama “Lensa Lirigi Ganter” berbasiskan kesadaran ngayah. “Lensa Lirigi” adalah akronim dari Lentera Sejarah Kenali Pelajari dan Bagi.

Dimana kita sebagai generasi muda harus mengenali setiap budaya yang ada di sekitar kita, dengan cara mengetahuinya terlebih dahulu. Konsep Lensa Lirigi Ganter adalah konsep mengetahui sejarah di mulai dari tahap awal yaitu Kenali. Pada tahap mengenali, dapat dilakukan dengan melakukan wawancara, observasi atau pengamatan, dan meriset data yang akurat dari narasumber yang mengetahui penuh pengetahuan mengenai sejarah Pura ini, dan juga masyarakat sekitar.

Setelah mengenali budaya tersebut selanjutnya adalah Pelajari. Mempelajari informasi yang telah didapat, dengan memahami rangkaian kronologi cerita, hingga makna yang terkandung di dalam cerita sejarah tersebut. Mempelajari makna filosofis yang terkandung dalam sejarah Pura tersebut agar dapat direfleksikan dalam kehidupan sehari-hari untuk tetap menghormati dan memaknai peninggalan nenek moyang. Dalam mempelajarinya juga harus berdasarkan metode dan riset untuk menghasilkan data yang faktual.

Kemudian yang terakhir adalah Bagi. Setelah kita mengenali, dan mempelajari selanjutnya adalah bagikan. Seperti kata pepatah “semakin berisi, semakin merunduk”, maka dari itu setelah mengetahui mengenai budaya tersebut jangan ragu untuk saling berbagi. Dalam hal ini, cara kita untuk berbagi pengetahuan terhadap sejarah peninggalan leluhur sangatlah beragam. Pada zaman ini, segala bentuk informasi dapat diakses dengan mudah. Dengan memanfaatkan kemudahan itu, kita dapat membagikan segala bentuk informasi ataupun dokumentasi pelaksanaan upacara di Pura Lebah Taman Ganter contohnya yaitu seperti membuat artikel mengenai Pura Lebah Taman Ganter, membuat sebuah buku cerita tentang sejarah Pura Lebah Taman Ganter yang disertai dengan ilustrasi gambar, hal ini dapat menjadi daya tarik dan media edukasi untuk berbagai kalangan masyarakat. Buku tersebut dapat dijadikan juga sebagai media promosi dan penambah penghasilan bagi masyarakat Desa untuk menarik para pengunjung yang datang ke Desa Abiantuwung khususnya yang datang ataupun tangkil ke Pura ini. Dalam era globalisasi yang serba digital ini, pembuatan film dokumentar juga merupakan proses berbagi yang praktis. Pengaksesan ke media sosial yang dapat dijangkau oleh siapa saja.

Dalam pengembangan pengetahuan mengenai sejarah Pura Lebah Taman Ganter. Pengadaan lomba-lomba yang berkaitan dengan sejarah, seperti Lomba Mesatwa sejarah Pura. Lomba Nyurat Aksara mengenai sejarah Pura, selain mengetahui informasi sejarah Pura ini, masyarakat juga mengajegkan tradisi leluhur dengan penulisan Nyurat Aksara di Lontar.   Kisah sejarah Pura ini sangat cocok sebagai sebuah kisah yang di kemas dalam drama dan tari untuk menghibur sekaligus mengedukasi masyarakat dalam pengembangan berbagi pengetahuan mengenai makna yang terkandung dalam sejarah Pura ini. 

Hal ini tentunya didasari dengan kreasi dan antusias pemuda-pemudi untuk melestarikan pengetahuan mengenai sejarah Pura Lebah Taman Ganter dan pesan yang terkandung dalam ceritanya. Tercipta dari mengenali, mempelajari, dan berbagi pun menjadi sesuatu yang mudah saat kita menjalaninya dengan ikhlas. Jadi, pada intinya program “Lensa Lirigi Ganter” tidak hanya berlandaskan perbuatan atau pemahaman saja. Menggabungkan formula pemahaman yang baik disertai dengan perbuatan yang selaras niscaya budaya akan hidup kembali.

Langkah kecil yang kita lakukan akan memberi dampak bagi keberadaan sebuah budaya. Khususnya dalam pembicaraan ini adalah Pura Lebah Taman Ganter, karena Pura ini memiliki potensi sebagai cagar budaya. Melalui dokumentasi, data yang akurat, dan pemugaran  untuk tidak menghilangkan arsitektur-arsitektur bersejarah didalamnya, sehingga dapat dinyatakan program “Lensa Lirigi Ganter” telah mendukung sebuah objek dugaan cagar budaya menjadi cagar budaya.

“Budaya yang ada tersayup-sayup dalam gerus euphoria era globalisasi kebebasan, dan jangan sampai kebebasan tersebut menghapus jati diri kita. Hal ini bukan tentang seberapa terkenal suatu budaya, tetapi tentang siapa yang mau merangkulnya dengan ikhlas adalah satu satunya keinginan terbesar suatu budaya yang sedang melemah karena kebudayaan adalah lambang keistimewaan sebagai lentera kehidupan”

 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Film Dokumenter sebagai Media Informasi Tradisi Mabuug-buugan Desa Adat Kedonganan

Kemah Budaya IX Kabupaten Badung : Juara II Karya Tulis Ilmiah (Putra)